SIFAT-SIFAT PENCIRI TANAH

SIFAT-SIFAT PENCIRI DARI TANAH
           
            Pada makalah ini akan dibahas tentang sifat-sifat penciri dari tanah yaitu:
1.      Tanah ordo ultisol
2.      Tanah ordo inceptisol
3.      Tanah ordo latosol
4.      Tanah ordo regosol
5.      Tanah ordo mollisol
6.      Tanah ordo aluvial
7.      Tanah ordo andisol
8.      Tanah ordo organosol
9.      Tanah ordo alfisol
10.  Tanah ordo grumosol
11.  Tanah ordo litosol
12.  Tanah ordo oxisol
13.  Tanah ordo vertisol
14.  Tanah ordo aridisol
Kategori Ordo Tanah
Ordo tanah dibedakan berdasarkan ada tidaknya horison penciri serta jenis (sifat) dari horison penciri tersebut.
1.      Tanah ordo ultisol
Ultisol dicirikan oleh adanya akumulasi liat pada horizon bawah permukaan sehingga mengurangi daya resap air dan meningkatkan aliran permukaan dan erosi tanah. Erosi merupakan salah satu kendala fisik pada tanah Ultisol dan sangat merugikan karena dapat mengurangi kesuburan tanah. Hal inikarena kesuburan tanah Ultisol sering kali hanya ditentukan oleh kandungan bahan organik pada lapisan atas. Bila lapisan ini tererosi maka tanah menjadimiskin bahan organik dan hara.Tanah Ultisol mempunyai tingkat perkembangan yang cukup lanjut,dicirikan oleh penampang tanah yang dalam, kenaikan fraksi liat seiring dengankedalaman tanah, reaksi tanah masam, dan kejenuhan basa rendah. Padaumumnya tanah ini mempunyai potensi keracunan Al dan miskin kandungan bahan organik. Tanah ini juga miskin kandungan hara terutama P dan kation-kation dapat ditukar seperti Ca, Mg, Na, dan K, kadar Al tinggi, kapasitas tukar kation rendah, dan peka terhadap erosi.
Tanah yang termasuk ordo Ultisol merupakan tanah-tanah yang terjadi penimbunan liat di horison bawah, bersifat masam, kejenuhan basa pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah kurang dari 35%. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzolik Merah Kuning, Latosol, dan Hidromorf Kelabu.


Ciri-ciri :
·         Kandungan bahan organik, kenjenuhan basa dan pH rendah (pH 4,2-4,8). Terjadi proses podsolisasi: proses pecucian bahan organik dan seskuioksida di penimbuna Fe dan Al dan Si tercui.
·         Bahan induk seringkali berbecak kuning, merah dan kelabu tak begitu dalam tersusun atas batuan bersilika, batu lapis, batu pasir, dan batu liat.
·         Terbentuk dalam daerah iklim seperti Latosol, perbedaan karena bahan induk : Latosol terutama berasal dari batuan volkanik basa dan intermediate, sedang tanah Ultisol berasal dari batuan beku dan tuff.

Faktor  Kendala
·         Mengalami proses pecucian sangat efektif.
·         Kadar mineral lapuknya sangat rendah.
·         Kejenuhan Al , Fe dan Mn tinggi .
·         Kadar bahan organik rendah dan kadar N rendah .
·         Kandungan fosfor dan kalium tanah rendah.
·         Daya simpan air terbatas.
·         Kedalaman efektif terbatas.
Cara Pengendalian
·         Untuk meningkatkan produktivitas tanah dapat dilakukan melalui pemberian kapur, pemupukan , penambahan BO, dan penanaman tanaman adaptif.
·         Penerapan teknik budidaya tanaman lorong ( tumpang sari ), terasiring, drainase dan pengolahan tanah yang seminim mungkin.
·         Memperbanyak tanaman penutup tanah seperti rumput atau alang-alang.
·         Melakukan rotasi tanaman untuk menjaga ketersediaan unsur hara.
Tanah ini sebaiknya tidak digunakan untuk pertanian tanaman pangan terlalu intensif, dalam arti jangan ditanami tanaman semusim sepanjang tahun, tetapi perlu diselingi dengan tanaman pupuk hijau, serta lebih ditingkatkan penggunaan dan penanaman berbagai jenis tanaman leguminosa.
Tanah yang paling luas penyebarannya di Indonesia: Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan sebagian Jawa . sebaiknya tanah ini dihutankan atau untuk perkebunan seperti : kelapa sawit, karet dan nanas.

2.      Tanah ordo inceptisol

Inceptisol adalah tanah – tanah yang dapat memiliki epipedon okhrik dan horison albik seperti yang dimiliki tanah entisol juga yang menpunyai beberapa sifat penciri lain ( misalnya horison kambik) tetapi belum memenuhi syarat bagi ordo tanah yang lain. Inceptisol adalah tanah yang belum matang (immature) yang perkembangan profil yang lebih lemah dibanding dengan tanah matang dan masih banyak menyerupai sifat bahan induknya . Kata inceptisol berasal dari kata Inceptum yang berarti permulaan.

Inceptisol adalah tanah muda dan mulai berkembang. Profilnya mempunyai horizon yang dianggap pembentukannya agak lamban sebagai hasil alterasi bahan induk. Horizon-horizonnya tidak memperlihatkan hasil hancuran ekstrem. Horizon timbunan liat dan besi aluminium oksida yang jelas tidak ada pada golongan ini. Perkembangan profil golongan ini lebih berkembang bila dibandingkan dengan entisol. Tanah-tanah yang dulunya dikelaskan sebagai hutan coklat, andosol dan tanah coklat dapat dimasukkan ke dalam Inceptiso Kebanyakan Inceptisol memiliki kambik. Horizon B yang mengalami proses- proses genesis tanah seperti fisik, biologi, kimia dan proses pelapukan mineral. Perubahan ini menjadi struktur kubus.

Tanah yang termasuk ordo Inceptisol merupakan tanah muda, tetapi lebih berkembang daripada Entisol. Kata Inceptisol berasal dari kata Inceptum yang berarti permulaan. Umumnya mempunyai horison kambik. Tanah ini belum berkembang lanjut, sehingga kebanyakan dari tanah ini cukup subur. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial, Andosol, Regosol, Gleihumus, dll.

Beberapa factor yang mempengaruhi pembentukan Inceptisol adalah:
·         Bahan induk yang sangat resisten.
·         Posisi dalam landscape yang ekstrim yaitu daerah curam atau lembah.
·         Permukaan geomorfologi yang muda, sehingga pembentukan tanah belum lanjut.
Tidak ada proses pedogenik yang dominan kecuali leaching, meskipun mungkin semua proses pedogenetik adalah aktif. Di lembah-lembah yang selalu tergenang air terjadi proses gleisasi sehingga terbentuk tanah dengan khroma rendah.

Di tempat dengan bahan induk resisten, proses pembentukan liat terhambat. Bahan induk pasir kuarsa memungkinkan pembentukan hodison spodik melalui proses podsolisasi.
Ciri-ciri:
·         Ada horizon kambik , dimana terdapat horizon penumpukan liat <20% dari horizon diatasnya.
·         Tanah yang mulai berkembang tetapi belum matang yang ditandai oleh perkembangan profil yang lebih lemah.
·         Mencakup tanah sulfat masam (Sulfaquept) yang mengandung horison sulfurik yang sangat masam, tanah sawah(aquept) dan tanah latoso.
·         Memiliki solum tanah agak tebal, yaitu 1-2 meter
·         Warnanya hitam atau kelabu sampai dengan coklat tua
·         Teksturnya debu, lempung berdebu, bahkan lempung
·         Struktur tanahnya remah, konsistensinya gembur memiliki pH 5,0 – 0,7
·         Memiliki kandungan bahan organik cukup tinggi, yaitu antara 10%-30%
·         Memiliki kandungan unsur hara yang sedang sampai tinggi
·         Produktivitas tanahnya dari sedang sampai tinggi
Daerah penyebaran tanah jenis ini: Sumatera, Jawa, Kalimantan. Sebagain besar tanah ini ditanami palawija (jawa) dan hutan/semak belukar (sumatera dan Kalimantan).
Faktor  Kendala
·         Pelapukan belum intensif.
·         Kisaran kadar KTK dan C-organik rendah.
·         Kekurangan suplai unsur hara karena pelapukan batuan induk belum intensif.
·         Terdapat horison sulfurik yang sangat masam pH sangat rendah (< 4) sehingga sulit untuk dibudiyakan.
·         Beberapa kedalaman efektif dangkal dan terdapat kontak litic.
·         Membentuk lapisan oksida (keras) yang sulit untuk ditembus oleh air.
Cara Pengendalian
·         Memerlukan masukan yang tinggi baik masukan anorganik (pemupukan berimbang N, P dan K) maupun masukan organik (pengembalian sisa panen ke dalam tanah, pemberian pupuk kandang atau pupuk hijau).
·         Memiliki tingkat kelerengan tinggi maka harus dengan pola tanaman tahunan atau agroforestry.

3.      Tanah ordo latosol.
Dalam USDA latosol masuk dalam golongan inseptisol. Inseptisol berkembang pada daerah yang lembab. Perkembangan horizon inseptisol berlangsung lambat samapi sedang. Perkembangan yang lambat terjadi karena tanah berada pada ligkungan yang lembab, dingin, dan mugkin genangan-genangan air. 


Ciri-ciri:
·         latosol merupakan tanah yang berwarna merah hingga coklat sehingga banyak yang menamainya sebagai tanah merah.
·         Memiliki profil tanah yang dalam, mudah menyerap air, mudah mneyerap air, memiliki kandungan bahan organik yang sedang dan pH netral hingga asam.
·         Kadar humus latosol mudah menurun, dan memiliki fosfat yang mudah bersenyawa dengan besi dan almunium.
Latosol banyak dijumpai di Sumatra Utara, Sumatra Barat, Bali, Jawa, Minahasa, Papua, dan Sulawesi. Saat ini, jenis tanah latosol banyak digunakan untuk pertanaman palawija, padi, kelapa, karet, dan kopi.

4.      Tanah ordo regosol.
Menurut USDA, regosol merupakan tanah yang termasuk ordo entisol. Secara umum, tanah entisol adalah tanah yang belum mengalami perkembangan yang sempurna, dan hanya memiliki horizon A yang marginal. Contoh yang tergolong entiso adalah tanah yang berada di sekitar aliran sungai, kumpulan debu vulkanik, dan pasir. Umur yang amsih muda menjadikan entisol masih miskin sampah organik sehingga keadaannya kurang menguntungkan bagi sebagian tumbuhan. 
Ciri-ciri :
·         regosol adalah berbutir kasar, berwarna kelabu sampai kuning dan bahan organik rendah.
·         Sifat tanah yang demikian membuat tanah tidak dapat menampung air dan mineral yang dibutuhkan tanaman dengan baik. 
·         Dengan kandungan bahan organik yang sedikit dan kurang subur.
regosol lebih banyak dimanfaatkan untuk tanaman palawija, tembakau, dan buah-buahan yang juga tidak terlalu banyak membutuhkan air. Regosol banyak tersebar di jawa, Sumatra, dan nusa tenggara yang kesemuanya memiliki gunung berapi.

5.      Tanah ordo mollisol.
Mollisols adalah tanah-tanah yg mempunyai horison permukaan berwarna gelap, relatif kaya bahan organik. Tanah-tanah ini kaya basa-basa, sehingga  sangat subur. Mollisols berkembang di bawah vegetasi rumput pada kondisi iklim yg mempunyai defisit air musiman tingkat moderat hingga signifikan.Mollisols menyusun sekitar  7% permukaan lahan dunia yang bebas es.
Tanah yang termasuk ordo Mollisol merupakan tanah dengan tebal epipedon lebih dari 18 cm yang berwarna hitam (gelap), kandungan bahan organik lebih dari 1%, kejenuhan basa lebih dari 50%. Agregasi tanah baik, sehingga tanah tidak keras bila kering. Kata Mollisol berasal dari kata Mollis yang berarti lunak. Padanan dengan sistem kalsifikasi lama adalah termasuk tanah Chernozem, Brunize4m, Rendzina, dll
Ciri-ciri:
·         Tanah yang mempunyai horison (lapisan) permukaan berwarna gelap yang mengandung bahan organik yang tinggi.
·         Tanah ini kaya akan kation-kation basa, oleh karena itu tanah ini juga tergolong sangat subur.
·         Mollisol secara karakter terbentuk di bawah rumput dalam iklim yang sedang. Agregasi tanah baik, sehingga tanah tidak keras bila kering.
·         Memiliki warna gelap, kroma velue kurang dari 3,5 (lembab) dan kurang dari 5,5 (kering).
·         Struktur gembur tidak keras, berbentuk prisma.
·         Tekstur halus sampai sedang.
·         pH sedang sampai alkali,
·         memiliki kejenuhan basa lebih dari 60%.
Faktor  Kendala
·         Intensitas pengelolaan dan pemanfaatannya relatif masih rendah.
·         Biasanya adanya kontak litik yang ditemukan pada kedalam < 50 cm.
Cara Pengendalian
·         Memanfaatka tanah dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kebutuhan dan berdasarkan ilmu pengetahuan yang jelas.
·         Budidaya tanaman semusim yang akarnya tidak lebih dari 50cm.
Mollisols banyak tersebar di Irian jaya, NTT, Kalimantan timur, Sulawesi tangah, dan Jawa timur.

6.      Tanah ordo aluvial.
Menurut USDA, alluvial tergolong dalam ordo inseptisol. Ciri umum sama dengan pada tanah latosol. Alluvial merupakan tanah muda hasil pengendapan material halus aliran sungai.


Ciri-ciri:
·         utama tanah alluvial adalah berwarna kelabu dengan struktur yang sedikit lepas-lepas.
·         Kesuburan tanah alluvial sangat bergantung pada sumber bahan asal aliran sungai.
Alluvial terdapat hampir di seluruh wilayah Indonesia yang memiliki sungai-sungai besar seperti pada pulau jawa, Sumatra, Kalimantan, dan papua. Alluvial banyak dgunakan untuk tanaman padi, palawija, tebu, kelapa, tembakau, dan buah-buahan. 

7.      Tanah ordo andisol.
Andisol adalah tanah yang berkembang dari bahan volkanik seperti abu volkan, batu apung, sinder, lava, dan/atau bahan volkanoklastik yang fraksi koloidnya didominasi oleh mineral “short-range-order” atau ordo kisaran pendek, seperti alophan, imogolit, ferihidrit, atau komplek Al-humus. Dalam keadaan lingkungan tertentu, pelapukan mineral aluminosilikat primer dalam bahan induk non-volkanik dapat juga menghasilkan mineral “short-range-order”; sebagian tanah seperti ini juga masuk ke dalam Andisol.
Proses pembentukan tanah Andisol terdiri proses pelapukan dan transformasi (perubahan bentuk) dari mineral primer menjadi mineral “short range order”. Proses pemindahan bahan (translokasi) dan penimbunan bahan-bahan tersebut di dalam solum tanah sangat sedikit. Akumulasi bahan organik dan terjadinya kompleks bahan organik dengan Al (alumunium) merupakan sifat khas pada beberapa Andisol.
Ciri-ciri:
·         Berkembang dari bahan induk abu vulkan, batu apung (pumice) dan sinder.
·         Banyak mengandung mineral dalam tanah.
·         Potensi fiksasi fosfat tinggi.
·         Daya menahan air tinggi.
·         Porositas tinggi dan permeabilitas cepat.
·         Berat Isi tanah rendah.
·         Ketebalan solum antara 100 sampai 225 cm.
·         Warna hitam, kelabu sampai coklat tua.
·         Tanah mineral dengan sifat andik.
·         Tanah mineral yang tidak memiliki horison argilik, natrik, spodik dan oksik.
·         Mempunyai satu atau lebih dari : epipedon histik, molik, umbrik,


Faktor  Kendala
·         Peka terhadap erosi.
·         Retensi P tinggi.
·         Pencucian unsur hara tinggi.
·         Andisol yang mempunyai kontak litik dan paralitik dangkal.
Cara Pengendalian
·         Meningkatkan penutupan tanah (pemberian mulsa atau penambahan vegetasi di atasnya).
·         Pembuatan teras pada daerah miring (8-10%).
·         Penerapan pola tanam tumpangsari yang dapat menutup tanah sepanjang tahu.
·         Penembahan pupuk fosfat dosis tinggi dan penambahan bahan organik.
·         Meningkatkan penutupan tanah; penerapan drip irrigation untuk mengurangi laju pencucian unsur hara karena perkolasi.
·         Membuat bedengan agar mengurangi pencucian unsur hara dan erosi.
Andisol tersebar di Sumatera Utara, Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan di Maluku.

8.      Tanah ordo organosol.
Organosol merupakan jenis tanah yang terbentuk akibat adanya pelapukan-pelapukan bahan organik. Sebagai hasil pelapukan bahan organik, tanah jenis ini subur untuk hampir semua jenis tanaman. Organosol dibedakan menjadi dua yaitu tanah humus dan tanah gambut. 
Tanah humus adalah tanah hasil pelapukan dan pembusukan bahan organik khususnya dari tanaman yang sudah mati. Humus sangat subur untuk pertanian. Kandungan bahan organik yang tinggi membuat tanah humus berwarna kehitam-hitaman. Humus banyak dimanfaatka untuk media pertanaman kelapa, nanas, dan padi. Persebarannya banyak terdapat di pulau Sumatra, Sulawesi, Jawa Barat, Kalimantan, dan Papua. 
Tanah gambut adalah tanah hasil pembusukan bahan-bahan organik. Akan tetapi, tanah gambut kurang subur untuk pertanian. Pembusukan pada tanah gambut berlangsung dalam keadaan tergenang air sehingga tanah menjadi anaerob dan terlalu masam. Bahan organik yang tidak lapuk sempurna juga menyebabkan tanah gambut tidak subur untuk tanaman. Gambut banyak terdapat di pantai timur Sumatra, Kalimantan barat, dan pantai selatan papua. Saat ini gambut baru dikembangkan untuk pertanian kelapa sawit. 

9.      Tanah ordo alfisol.
Tanah yang termasuk ordo Alfisol merupakan tanah-tanah yang terdapat penimbunan liat di horison bawah (terdapat horison argilik)dan mempunyai kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35% pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah. Liat yang tertimbun di horison bawah ini berasal dari horison di atasnya dan tercuci kebawah bersama dengan gerakan air. Padanan dengan sistem klasifikasi yang lama adalah termasuk tanah Mediteran Merah Kuning, Latosol, kadang-kadang juga Podzolik Merah Kuning.
Ciri-ciri:
·         Tanah ini dicirikan adanya selaput liat.
·         Tanah dengan horison argilik, kandik, atau natrik.
·         KB >35%.
·         Kesuburan alami tinggi.
·         Bentuk wilayah beragam  dari bergelombang hingga tertoreh tekstur berkisar antara sedang hingga halus,Drainasenya baik .
·         Bahan organic pada umunya sedang hingga rendah.J
·         Jeluk tanah dangkal hingga dalam.
·         Mempunyai sifat kimia dan fisika relati baik.
1.      Faktor  Kendala
·         Pada beberapa tempat di jumpai kondisi lahan berlereng dan berbatu.
·         Horison B argilik dapat mencegah distribusi akar yang baik pada horison B bertekstur berat.
·         Rendahnya kandungan bahan organik, fosfor dan kalium.
Cara Pengendalian
·         Pengelolaan tanah sebaiknya dilakukan dengan alternatif sebagai berikut :
·         Pembuatan terassering pada lahan yang berlereng.
·         Adanya tanaman lorong.
·         Penambahan unsur hara secara organik.
·         Adanya irigasi yang baik.
·         Pembuatan guludan searah dengan kountur.
Penyebaran alfisol di Indonesia terdapat dipulau Jawa, Sumatera, Irian Jaya, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.




10.  Tanah ordo grumosol.
Dalam USDA, grumosol tergolong dalam ordo vertisol. Vertisol merupakan tanah dengan kandungan lempung yang sangat tinggi. Vertisol sangat lekat ketika basah, dan menjadi pecah-pecah ketika kering. Vertisol memiliki keampuan menyerap air yang tinggi dan juga mampu menimpan hara yang dibutuhkan tanaman. Grumosol sendiri merupakan tanah dengan warna kelabu hingga hitam serta memiliki pH netral hingga alkalis. Di Indonesia, jenis tanah ini terbentuk pada tempat-tempat yang tingginya tidak lebih dari 300 m di atas permukaan laut dengan topografi agak bergelombang hingga berbukit, temperatur rata-rata 25oC, curah hujan <2.500 mm, dengan pergantian musim hujan dan kemarau yang nyata. 
Grumosol banyak terdapat di Sumatra Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, serta Nusa Tenggara Timur. Grumosol banyak dimanfaatkan untuk pertanian jenis rumput-rumputan atau pohon-pohon jati. 
Walaupun setiap jenis tanah memiliki perbedaan karakteristik yang membedakan antara satu jenis tanah dengan jenis yang lain, pada dasarnya setiap jenis tanah dapat dimodifikasi sedemikian rupa agar suatu jenis tanah dapat mendukung pertumbuhan, perkembangan, dan hasil untuk semua jenis tanaman. Hanya tinggal bagaimana ahli-ahli dan setiap orang yang bekerja dipertanian jeli dan mampu memanfaatkan semua yang ada.

11.  Tanah ordo litosol.
Dalam USDA, litosol termasuk dalam ordo Entisol, sama dengan tanah regosol. Lebih spesifik, tanah litosol merupakan tanah muda yang berasal dari pelapukan batuan yang keras dan besar. Litosol belum mengalami perkembangan lebih lanjut sehingga hanya memiliki lapisan horizon yang dangkal. Sebagai tanah muda, latosol memiliki struktur yang besar-besar dan miskin akan unsure hara. 
Litosol banyak terdapat di Sumatra, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara, Maluku Selatan, dan Papua. Latosol baru bisa dimanfaatkan untuk palawija. 

12.  Tanah ordo oxisiol.
Tanah yang termasuk ordo Oxisol merupakan tanah tua sehingga mineral mudah lapuk tinggal sedikit. Kandungan liat tinggi tetapi tidak aktif sehingga kapasitas tukar kation (KTK) rendah, yaitu kurang dari 16 me/100 g liat. Banyak mengandung oksida-oksida besi atau oksida Al. Berdasarkan pengamatan di lapang, tanah ini menunjukkan batas-batas horison yang tidak jelas. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Latosol (Latosol Merah & Latosol Merah Kuning), Lateritik, atau Podzolik Merah Kuning.
Ciri-ciri:
·         Tekstur oxisol sedang hingga halus, memiliki kandungan debu yang sangat rendah.
·         Rasio antara debu terhadap lempung atau liat pada suatu sample tanah berada di bawah 0,15.
·         Bulk density rendah, berkisar antar 1-1,3 gr/cm3.
·         Kemampuan menahan airnya rendah jika di bandingkan dengan tanah yang lain
·         KB rendah, kandungan Fe, Al, dan Sioksida tinggi.
·         KTK rendah <16 me/100 g
·         Memilki reaksi tanah yang sangat masam
Faktor  Kendala
·         Iklim : temperature dan curah hujan.
·         Bahan induk :merupakan bahan induk tua yang sudah mengalami proses pelapukan lanjut.
·         Relief / topografi.
·         Cadangan mineral sedikit.
·         KTK rendah.
·         Tanah masam.
·         Dapat keracunan Al, Fe dan Si.
·         Kemampuan menahan air rendah (drainase cepat).
Cara Pengendalian
·         Tidak menggangu tanaman alami pada tanah oxisols, didaerah yang berlereng.
·         Membuat irigasi untuk suplai air.
·         Pemupukan tanah agar suplai unsur hara yang di butuhkan tersedia.
·         Memperbaiki sifat kimia dengan cara pengapuran dan penambahan BO.
Oxsisol tersebar di daerah Sumatra Selatan, Irian Jaya, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Jambi, dan Lampung.


13.  Tanah ordo vertisol.
Tanah yang termasuk ordo Vertisol merupakan tanah dengan kandungan liat tinggi (lebih dari 30%) di seluruh horison, mempunyai sifat mengembang dan mengkerut. Kalau kering tanah mengkerut sehingga tanah pecah-pecah dan keras. Kalau basah mengembang dan lengket. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Grumusol atau Margalit.

Ciri-ciri:
·         Tanah yang termasuk ordo Vertisol merupakan tanah dengan kandungan liat tinggi (lebih dari 30%) di seluruh horison, mempunyai sifat mengembang dan mengkerut. Kalau kering tanah mengkerut sehingga tanah pecah-pecah dan keras. Kalau basah mengembang dan lengket. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Grumusol atau Margalit.
·         Tanah Vertisol memiliki kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa yang tinggi. Reaksi tanah bervariasi dari asam lemah hingga alkaline lemah; nilai pH antara 6,0 sampai 8,0. pH tinggi (8,0-9,0) terjadi pada Vertisol dengan ESP yang tinggi.
·         Vertisol menggambarkan penyebaran tanah-tanah dengan tekstur liat dan mempunyai warna gelap, pH yang relatif tinggi serta kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa yang juga relatif tinggi.
Faktor  Kendala
·         Vertisol pada umumnya memiliki tekstur liat, kandungan liat berkisar antara 35% hingga 90% dari total tanah. Kandunga liat di seluruh lapiran tanah bukan merupakan pross translokai melainkan berasal dari bahan induk.
·         Terjadi rekahan saat musim kemarau.
·         Kejenuhan basa  tinggi, KTK yang tinggi, tekstur yang relative halus, permeabilitas yang rendah dan pH yang relative tinggi dan status hara yang tidak seimbang.
·         Pada umumnya  Vertisol juga defisiensi P. Setelah N, unsure P merupakan pembatas hara terbesar pada Vertisol. Kekurangan unsure P jika kandungan P kurang dari 5 ppm.
Cara Pengendalian
·         Adanya pemanfaatan irigasi yang baik.
·         Pemupukan secukupnya hanya untuk unsur hara yang kurang kebanyakan unsur P sebagai pembatas.
·         Melakukan pengolahan tanah agar membuat tanah tetap jenuh.
·         Dalam mengatasi kembang mengkerutnya tanah vertisol yaitu dengan memperbanyak bahan organik seperi kompos dan pupuk kandang.
Tanah-tanah ini banyak ditemukan kebanyakan di NTT, Jawa Timur, NTB, Sulawesi Selatan, dan Jawa Tengah.




14.  Tanah ordo aridisol.
Tanah yang termasuk ordo Aridisol merupakan tanah-tanah yang mempunyai kelembapan tanah arid (sangat kering). Mempunyai epipedon ochrik, kadang-kadang dengan horison penciri lain. Padanan dengan klasifikasi lama adalah termasuk Desert Soil.
Ciri-ciri:
·         Reaksi-eaksi fisik, kimia dan biologi berjalan lambat karena kurangnya air. Akibatnya aridisol merupakan tanah yang memiliki sifat hampir sama dengan bahan induknya.
·         Aridisol memiliki KB tinggi karena rendahnya proses pencucian.
·         Aridisol memiliki kandungan bahan organik yang rendah dan tidak adanya proses feritisasi.
·         Serta tidak ditemukannya horizon eluviasi.
·         Pada beberapa aridisol, di permukaan tanah sering ditemukan adanya gravel pavement. Ditemukanya caliche atau lapisan akumulasi karbonat, ini terjadi karena CaCO3 di endapkan oleh air perkolasi yang mulai habis. Selain itu juga ditemukan horizon salik dan  natrik
Faktor  Kendala
·         Tanah-tanah yang berada di daerah-daerah dengan tingkat kekeringan yang ekstrem (sangat kering), bahkan sekalipun untuk petumbuhan vegetasi-vegetasi mesopit (seperti rumput).
·         Selama musim kering biasanya terganggu oleh gundukan pasir serata erosi yang disebabkan arah angin yang cepat.
·         Terjadinya pengerasan alga yang menyebabkan penurunan laju masuknya air (infiltrasi) bahkan dapat mencapai nol, hal ini dapat meningkatkan besarnya run off, banjir bandang, erosi parit yang parah saat musim penghujan yang berkepanjangan.
·         Ketersediaan air sedikit bahkan tidak ada.
Cara Pengendalian
·         Dilakukannya pengolahan tanah dengan penambahan bahan organik dalam tanah
·         Penanaman sistem cover crop serta penambahan vegetasi di area yang dibutuhkan guna melindungi dari terjadinya run off yang besar.
·         Penggunaan sistem irigasi seperti teras bangku atau gulutan.
·         Penggunaan mulsa plastik.

Di Indonesia tanah jenis ini hamper tidak ditemukan. Bahan induk tanah ini adalah batu kapur.Adapun di jumpai hanya sedikit tersebar di daerah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
Next
Previous
Click here for Comments

0 comments: